FORMASI KONSEP-KONSEP MATEMATIKA
ABSTRAKSI DAN KLASIFIKASI
Abstraksi adalah
sebuah aktifitas berfikir
secara sadar akan kesamaan-kesamaan
diantara pengalaman-pengalaman kita. Klasifikasi adalah Pengelompokan pengalaman-pengalaman yang mempunyai kesamaan-kesamaan
dari hasil abstraksi.
Konsep terbentuk dari sejumlah pengalaman
yang memiliki kesamaan secara umum. Ketika konsep pertama terbentuk, kita bisa
mengatakan contoh-contoh konsep tersebut. Sehingga semakin banyak pengalaman yang kita dapatkan semakin banyak pula
konsep-konsep yang kita punya. Konsep-konsep setiap hari datang dari
pengalaman sehari-hari dan bentuknya terjadi secara acak setiap waktu. Dengan demikian penting untuk menanamkan suatu konsep
dengan memberikan contoh suatu konsep dan contoh yang tidak termasuk konsep
(non konsep).
PENAMAAN
Penamaan ini sangat penting untuk
menghindari miskonsepsi atau salah pengertian dengan yang lain. Berhubungan
dengan konsep, penggunaan nama dalam menghubungkan suatu objek menolong kita
untuk mengklasifikasi, yaitu untuk mengenali suatu benda termasuk ke dalam
kelas yang sudah ada. Penamaan dapat berperan secara maksimal, kadang-kadang
penting, dalam pembentukan konsep baru. Jika nama yang sama muncul dari
pengalaman-pengalaman yang berbeda, akan mempengaruhi kita untuk mengelompokkan
pengalaman itu ke dalam satu pikiran kita dan kemudian mengabstraksi kesamaan ekstrinsiknya
sehingga membantu kita untuk dapat memisahkan kelompok mereka sendiri-sendiri.
KOMUNIKASI KONSEP
Ada dua macam konsep, yaitu konsep-konsep
primer, yang berasal dari rangsangan misalnya merah, berat, panas, manis,
dan lain sebagainya, dan konsep-konsep sekunder yang berasal dari pengalaman
yang di abstraksikan dari konsep-konsep lain. Tingkatan diantara konsep-konsep
dan susunan konsep, membuat kita mampu mengkomunikasikan sebuah konsep dengan
definisi. Pada umumnya konsep-konsep dengan tingkat
tinggi tidak dapat dikomunikasikan dengan pendefinisian, tetapi hanya dengan
menunjukkan contoh-contoh yang sesuai. Sedangkan konsep-konsep yang
tingkatannya di bawah, lebih mudah mengkomunikasikannya dengan menggunakan
definisi.
Komunikasi konsep matematika lebih sulit,
pada bagian penyampai dan penerimanya. Kita dapat menguraikan beberapa
karakteristik konsep, mendiskusikan bagaimana fungsinya, dan membangun
pemahaman secara umum dari ide yang satu ke ide lain. Matematika tidak dapat
didefinisikan secara tepat, namun bisa dengan pemberian contoh-contoh.
KONSEP SEBAGAI WARISAN BUDAYA
Konsep berawal dari pengalaman-pengalaman,
yang dapat disampaikan dengan bahasa yang merupakan kelebihan manusia daripada
makhluk lainnya. Karena manusia diberikan kelebihan berupa kemampuan berfikir,
sehingga dapat mengkomunikasikan konsep dengan bahasa. Bahasa diperlukan untuk
menyusun dan menggunakan konsep tingkat tinggi, mengelompokan, membentuk kita
secara ilmiah sehingga menghasilkan sebuah
warisan budaya.
Dengan sebuah konsep kita dapat mengetahui
cara memproses data yang memungkinkan kita untuk menerapakan sepenuhnya
pengalaman masa lampau yang berguna untuk masa kini. Selebihnya, konsep masa
lalu di abstraksikan dan secara perlahan di akumulasikan dari generasi ke
generasi, siap kembali untuk membantu setiap individu baru membetuk konsep
mereka sendiri. Ini yang disebut dengan conceptual
system.
Konsep dari orang-orang
genius dapat diberikan pada orang biasa. Konsep gravitasi misalnya merupakan
hasil studi bertahun-tahun dari seorang yang genius. Ternyata konsep ini bisa
dipahami oleh ilmuwan-ilmuwan masa kini. Orang pertama yang membentuk konsep
baru dengan tingkat seperti ituharus mengabstrasikannya sendiri. Jadi ia
relatif tidak terbantu. Bahasa dapat dipakai untuk mengarahkan pikiran para
ahli berikutnya, sehingga mereka mampu membuat penemuan yang sama dalam waktu
yang lebih singkat, meskipun tingkat
kecerdasan mereka tidak terlalu tinggi.
KEKUATAN BERPIKIR KONSEPTUAL
Pemikiran konseptual memberi kekuatan
besar untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan membuat lingkungan agar
menjadi bagian dari kita. Kekuatan konsep juga datang dari kemampuan untuk
mengkombinasikan dan menghubungkan berbagai pengalaman berbeda dan kelompok
berbeda. Semakin abstrak suatu konsep, semakin membangkitkan kekuatan kita
untuk melakukan klasifikasi.
Kontribusi lain dari kekuatan berfikir
konseptual adalah berkaitan dengan pendeknya daya ingatan kita. Semakin tinggi konsep yang diwakili suatu
simbol, semakin banyak pengalaman yang terkandung didalamnya. Matematika merupakan
yang paling abstrak, dan juga paling kuat untuk semua sistem teoritik, tetapi juga ekonomis, orang-orang bisnis serta ahli selalu menggunakanya untuk
pekerjaan mareka.
MEMPELAJARI KONSEP MATEMATIKA
Matematika tidak hanya bisa dipelajari
dari kejadian-kejadian nyata sehari-hari, melainkan juga dari hal-hal yang
secara tidak langsung kita alami. Bagian terpenting dalam mengajarkan
matematika ialah bagaimana mengomunikasikan ide-ide matematika, dan tidak hanya
menerima apa-apa yang tidak kita kuasai. Ada dua prinsip dalam mempelajari
matematika, antara lain ;
1) Konsep yang lebih tinggi yang dimiliki
seseorang tidak dapat dikomunikasikan kepada siswa hanya dengan sebuah
definisi, melainkan dengan mengatur sedemikian rupa sehingga ia menemukan
sejumlah contoh-contoh yang cocok.
2) Dalam matematika, contoh-contoh selalu mendasari banyak konsep. Ini berarti bahwa
contoh-contoh itu harus dikuasai di dalam pemikiran siswa sehingga konsep-konsep itu dapat dikuasai
oleh siswa
Belajar
dan Mengajar
Dalam belajar matematika, meskipun kita mampu mengkreasikan suatu konsep
dalam pikiran kita, namun tidak bila lepas dari konsep-konsep matematika yang
ditemukan oleh ahli matematika terdahulu. Hal ini terutama pada tahap awal
menjadikan dan pada kebanyakan siswa sangat bergantung pada pengajaran yang
baik. Untuk mengetahui apa itu matematika, bagaimana mengajarkannya dan
bagaimana mengkomunikasikannya pada orang yang tingkat konseptualnya lebih
rendah merupakan beberapan hal yang perlu diperhatikan. Khusus mengenai bagaimana
mengajarkan matematika pada orang yang tingkat konseptualnya lebih rendah saat
ini kurang mendapat perhatian. Akibatnyan banyak siswa selama sekolah tidak
suka bahkan takut terhadap matematika.
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk memperbaiki hal ini. Misalnya,
dengan memperkenalkan silabus model baru, penyajian yang lebih menarik,
penyajian melalui TV dan lain-lain. Semua usaha ini akan lebih berarti bila
proses mental yang terjadi dalam matematika juga diperhatikan. Dalam pembahasan
ini, biarpun kita sedang membicarakan konsep-konsep matematika, namun
kebanyakan contoh yang dipakai adalah non matematika. Konsep-konsep matematika
dihasilkan dari beberapa pengabstraksian, disimpulkan dari abstraksi-abstraksi
dan seterusnya, sehingga alas an psikologis yang semula dalam bahaya menjadi
hilang oleh kekomplekkan contoh-contoh matematika. Bahkan setelah diperiksa
topik-topik sederhana seperti menghitung perkalian panjang, banyak memuat
konsep-konsep tingkat rendah.
IMPLEMENTASI “FORMASI KONSEP-KONSEP MATEMATIKA” DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR MATEMATIKA
Dari hasil
kajian tentang Formasi Konsep-Konsep Matematika yang ditulis oleh Richard Skemp
ini diperoleh pengetahuan baru tentang bagaimana penanaman konsep-konsep
matematika kepada peserta didik. Dalam materi ini, disampaikan bahwa Konsep terbentuk dari sejumlah pengalaman
yang memiliki kesamaan secara umum. Ketika konsep pertama terbentuk, kita bisa
mengatakan contoh-contoh konsep tersebut. Sehingga semakin banyak pengalaman yang kita dapatkan semakin banyak pula
konsep-konsep yang kita punya. Konsep-konsep setiap hari datang dari
pengalaman sehari-hari dan bentuknya terjadi secara acak setiap waktu. Dengan demikian penting untuk menanamkan suatu konsep
dengan memberikan contoh suatu konsep dan contoh yang tidak termasuk konsep
(non konsep).
Namun, hal
ini belum banyak banyak terlihat pada pembelajaran matematika di sekitar kita.
Guru-guru yang mengajar matematika khususnya di SD dan SMP masih banyak yang
mengajarkan konsep dimulai dengan defenisi dulu. Sehingga melalui hasil kajian
pada bab ini, disarankan kepada guru-guru untuk memperbaiki cara atau model
mengajarnya dengan mengantarkan anak-anak untuk mengabstraksi dulu
pengalaman-pengalamannya dengan memberikan mereka contoh dan non contoh dalam
pembelajaran suatu materi pembelajaran. Sebagai contoh, ketika mengajarkan
konsep tentang bangun persegi panjang, maka, sebaiknya guru memberikan contoh
dan bukan contoh tentang bangun persegi panjang kepada peserta didik. Kemudian
membimbing peserta didik membangun konsep persegi panjang di dalam pemikirannya
sendiri sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
Salah
satu model pembelajaran yang bisa digunakan untuk penanaman konsep seperti
teori diatas adalah model pembelajaran Example
Non Example.
Matematika tidak hanya bisa dipelajari
dari kejadian-kejadian nyata sehari-hari, melainkan juga dari hal-hal yang
secara tidak langsung kita alami. Bagian terpenting dalam mengajarkan
matematika ialah bagaimana mengomunikasikan ide-ide matematika, dan tidak hanya
menerima apa-apa yang tidak kita kuasai.
Belajar dan Mengajar
Dalam belajar matematika, meskipun kita mampu mengkreasikan suatu konsep
dalam pikiran kita, namun tidak bila lepas dari konsep-konsep matematika yang
ditemukan oleh ahli matematika terdahulu. Hal ini terutama pada tahap awal
menjadikan dan pada kebanyakan siswa sangat bergantung pada pengajaran yang
baik. Untuk mengetahui apa itu matematika, bagaimana mengajarkannya dan
bagaimana mengkomunikasikannya pada orang yang tingkat konseptualnya lebih
rendah merupakan beberapan hal yang perlu diperhatikan. Khusus mengenai
bagaimana mengajarkan matematika pada orang yang tingkat konseptualnya lebih
rendah saat ini kurang mendapat perhatian. Akibatnyan banyak siswa selama
sekolah tidak suka bahkan takut terhadap matematika.
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk memperbaiki hal ini. Misalnya,
dengan memperkenalkan silabus model baru, penyajian yang lebih menarik,
penyajian melalui TV dan lain-lain. Semua usaha ini akan lebih berarti bila
proses mental yang terjadi dalam matematika juga diperhatikan. Dalam pembahasan
ini, biarpun kita sedang membicarakan konsep-konsep matematika, namun
kebanyakan contoh yang dipakai adalah non matematika. Konsep-konsep matematika
dihasilkan dari beberapa pengabstraksian, disimpulkan dari abstraksi-abstraksi
dan seterusnya, sehingga alas an psikologis yang semula dalam bahaya menjadi
hilang oleh kekomplekkan contoh-contoh matematika. Bahkan setelah diperiksa
topik-topik sederhana seperti menghitung perkalian panjang, banyak memuat
konsep-konsep tingkat rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar