Jumat, 10 Maret 2017

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH





                                                                                                                                                           

OLEH: JUMRIATI, S.Pd (Guru SMAN 9 GOWA (SMAN 1 PALLANGGA))
DAN MAHASISWA PPS UNM 16/17)


ANALISIS PEMECAHAN MASALAH  DALAM  MENARIK KESIMPULAN DARI  PREMIS –PREMIS BERKUANTOR

A.  Latar Belakang
Kata logika atau logis sangat akrab dengan kita. Kata logis dalam arti yang sama dengan masuk akal atau dapat dimengerti. Untuk mengerti apa sesungguhnya logika, kita harus mempelajarinya secara teratur dan sistematis. Mempelajari logika berarti mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk membedakan penalaran yang tepat (valid) dari penalaran yang tidak tepat (tidak valid) yang selanjutnya mendorong kita untuk berpikir kritis.
Hasil yang diharapkan dari logika adalah agar kita cakap berpikir sendiri dan berpikir logis serta kritis. Sifat kritis tidaklah berarti suka membantah dan mengeritik, serta suka menentang dan menantang, melainkan berpikir dulu, mengidentifikasi duduknya perkara, menyelidiki dulu, dan tidak begitu saja menerima suatu pendapat atau penjelasan-penjelasan seakan-akan sudah pasti benar, atau tergesa-gesa mengambil kesimpulan yang berlaku umum.
Di lain sisi, kita menyadari bahwa betapa pentingnya berpikir kritis dalam melakukan pemecahan masalah, baik itu masalah matematika, maupun masalah yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Dengan berpikir kritis, seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau memperbaiki pikirannya, sehingga ia dapat mengambil keputusan untuk bertindak lebih tepat. Untuk dapat berpikir kritis, seseorang harus juga memiliki kemampuan penalaran. Sedangkan jalan kunci untuk melakukan penalaran adalah dengan memahami logika. Jadi, secara tidak langsung, untuk dapat melakukan pemecahan masalah, syarat yang tak boleh ditinggalkan adalah memahami logika, termasuk dalam penarikan kesimpulan.
Dalam Logika Matematika dipelajari cara membuat atau menarik kesimpulan berdasarkan premis-premis atau pernyataan yang diberikan. Penarikan Kesimpulan dalam logika matematika adalah menarik kesimpulan dengan cara menelaah tiap premis atau pernyataan. Pernyataan atau premis yang diberikan sebelum menarik kesimpulan dapat berupa penyataan tunggal maupun pernyataan majemuk. Baik pernyataan tunggal maupun pernyataan majemuk seringkali mengandung kuantor didalamnya, baik berupa kuantor sebagian maupun kuantor universal. Ada  beberapa cara menarik kesimpulan, tergantung dari bagaimana bentuk premisnya.  Beberapa konsep penarikan kesimpulan diantaranya adalah : Modus ponens, modus  Tollens dan Silogisma. Setiap mahasiswa dalam belajar logika matematika  khususnya dalam penarikan kesimpulan seringkali berbeda cara menginterpretasi kalimat pernyataan atau premis yang diberikan sehingga menarik kesimpulan yang berbeda antara mahasiswa yang satu dengan yang lainnya. Apalagi jika premis-premis tersebut mengandung kuantor. Tentunya diperlukan kemampuan atau pengetahuan tersendiri dalam memahaminya sebelum akhirnya menarik kesimpulan. Hal inilah yang membuat kami tertarik untuk menyusun makalah “Analisis Pemecahan Masalah  Dalam  Menarik Kesimpulan dari  Premis-Premis Berkuantor.
B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah: Bagaimana  pemecahan masalah yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari premis-premis berkuantor ?
C.      Kajian Teori
1.   Penarikan Kesimpulan
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif dan eksperimen. Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus dapat dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudah dibuktikan secara deduktif. Ciri utama penalaran dalam matematika adalah deduktif, atau dengan perkataan lain matematika bersifat deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan matematika bersifat konsisten. (Rochmad, 2008:1)
Dalam penarikan kesimpulan dikenal adanya argumen, premis dan konklusi. Argumen merupakan serangkaian pernyataan-pernyataan yang mempunyai ungkapan pernyataan inferensi (penarikan kesimpulan). Dalam argumen terdapat kata: jadi, sehingga, oleh karena itu, dan sebagainya. Pernyataan-pernyataan yang terletak sebelum kata jadi disebut premis, sedangkan pernyataan yang terletak setelah kata jadi disebut konklusi. (Khairunnisa,  2015:30)
a.      Aturan Penarikan Kesimpulan
 Menurut Munir (2014: 26), beberapa aturan penarikan kesimpulan yang biasa digunakan yaitu:
1.  Modus Ponens
Berikut adalah suatu ilustrasi mengenai penalaran kondisional.
      Jika saya lapar, maka saya makan.
      Ternyata saya lapar.
      Jadi, saya makan.
Penalaran kondisional menjelaskan hubungan antara dua buah kondisi, dalam ilustrasi di atas adalah kondisi lapar dan makan. Hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai:
P1 : p  q
P2 :p
K  : q
Rumusan di atas merupakan bentuk argumen valid yang dikenal dengan nama Modus Ponen.
2.  Modus Tollens
Dengan konteks yang sama, sekarang kita lihat bahwa suatu pernyataan kondisional atau pernyataan implikasi yang benar dengan konsekuen yang salah harus mempunyai anteseden yang salah. Argumen ini dinamakan Modus Tollens, dengan bentuk:
P 1: p  q
                                                          P2 :   ~ q
         K  :  ~ p
3.  Silogisme Hipotetik
Beranjak pada argumen lain yang disebut sebagai Silogisme Hipotetik dengan bentuk sebagai berikut:
 P1:  p  q
  P2: q  r
  K:   p  r
4.  Silogisme Disjungtif
Argumen berbentuk Silogisme Disjungtif ini mengandung pernyataan yang berupa disjungsi, misalnya:
                                    Saya berada di Bandung atau di Garut.
                                    Saya berada di Bandung.
                                    Jadi, saya tidak berada di Garut.
Jika kita buat simbolnya, maka dapat kita tulis:
                                                P1 : p Ú q
                                                P2 :    p
                                                K   : ~ q
            Hukum-hukum Silogisme Disjungtif (Ranjabar, 2015:181) adalah:
•   Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
     Contoh : Hasan berbaju putih atau tidak putih.
                    Ternyata Hasan berbaju putih.
                    Jadi, Hasan bukan tidak berbaju putih.
•   Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
1.    Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
          Contoh : Budi menjadi guru atau pelaut.
                         Budi adalah guru.
                         Jadi, Maka Budi bukan pelaut.
2.    Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh : Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
                        Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
                        Jadi, dia lari ke Solo?
            Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
5.  Addisi
Addisi merupakan prinsip penarikan kesimpulan yang sangat ringkas. Aturan ini hanya memuat satu buah premis tunggal. Dalam addisi kita dapat menggabungkan suatu pernyataan dengan pernyataan lain menggunakan disjungsi. Secara simbolik, addisi dinyatakan dengan:
                                       p
                                     p  q
6.  Silogisme Kategorik
Menurut Sirajiyo (2015:67), silogisme kategorik adalah silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi kategorik. Dengan memperhatikan kedudukan term pembanding (M) dalam premis pertama maupun premis kedua, silogisme kategoris dapat dibedakan menjadi empat bentuk yaitu:
1.      Silogisme Sub-Pre, yang mempunyai pola sebagai berikut :
P1 : M P
P2 : S M
K : S P
(M =Middle Term (term penengah), P (predikat) , S (Subjek))
Contoh :
                                    P1 :Semua manusia akan mati
 P2: Socrates adalah manusia
 K : Socrates akan mati
2.      Silogisme Bis-Pre, yang mempunyai pola sebagai berikut :
P1 : P M
P2 : S M
K : S P
Contoh :
                                    P1 :Semua yang berjasa terhadap Negara adalah pahlawan
                                    P2 : Soekarno adalah pahlawan
                                    K :  Soekarno adalah orang yang berjasa terhadap negara
3.       Silogisme Bis-Sub, yang mempunyai pola sebagai berikut :
P1 : M P
P2 : M S
K :  S P
Contoh :
                                    P1 :Manusia adalah berbudaya
P2: Manusia itu juga berakal budi
 K : Semua yang berakal budi adalah berbudaya
4.      Silogisme Pre- Sub , yang mempunyai pola sebagai berikut :
P1 : P M
P2 : M S
K : S P
Contoh :
                                    P1 :Semua influenza adalah penyakit
 P2: Semua penyakit mengganggu kesehatan
                   K :  Sebagian yang mengganggu kesehatan adalah influenza
    Hukum-hukum Silogisme Kategorik adalah sebagai berikut:
•   Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
     •Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
•   Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
       •  Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.          
•   Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan.
•   Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
•   Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
·         Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklusinya.

 



b.      Aturan Penukaran (Rule Of Replacement)
Aturan Penukaran merupakan aturan-aturan baru yang menunjang aturan penarikan kesimpulan yaitu. Dengan dasar ekuivalensi, kita tahu bahwa dua pernyataan disebut ekuivalen jika memiliki nilai kebenaran yang sama. Dengan demikian, jika sebagian atau keseluruhan dari pernyataan majemuk ditukar dengan pernyataan lain yang ekuivalen logis, maka nilai kebenaran pernyataan majemuk yang baru adalah sama dengan nilai kebenaran pernyataan majemuk semula.
Menurut Novianingsih, (2016:5), aturan-aturan yang terdapat dalam aturan penukaran antara lain:
a)         Teorema de Morgan
~ (p Ù q) ≡  ~ p Ú ~ q
~ (p Ú  q) ≡  ~ p Ù ~ q
b)        Komutasi
p Ú qq Ú p
p Ù q ≡  q Ù p
c)         Assosiasi
        [(p Ú q) Ú  r)] ≡ [p Ú (q Ú r)]
        [(p Ù q) Ù r)] ≡ [p Ù  (q Ù r)]
d)        Distribusi
[(p Ú q) Ù r)] ≡ [(p Ù r) Ú (q Ù r)]
[(p Ù q) Ú r)] ≡ [(p Ú r) Ù (q Ú r)]
e)         Negasi Rangkap
        p ≡ ~ ~ p
f)          Transposisi
        (p  q) ≡ (~ q  ~ p)
g)         Implikasi Material
        (p  q) ≡ (~ p Ú q)
h)        Ekuivalensi Material
        (p  q) ≡ [(p  q) Ù (q  p)]
        (p  q) ≡ [(p Ù q) Ú (~ p Ù ~ q)]
i)           Eksportasi
        [(p Ù q)  r)] ≡ [p  (q  r)]
j)          Tautologi
        p (p Ù p)
     p (p Ú  p)

2.      Pernyataan

Kalimat adalah rangkaian kata yang disusun menurut aturan bahasa yang mengandung arti. Menurut Mangelep (2011:13), pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah (pernyataan disebut juga preposisi, kalimat deklaratif). Benar diartikan ada kesesuaian antara apa yang dinyatakan dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam membicarakan sesuatu , orang memerlukan bahasa, salah satu unsur penting dalam bahasa adalah  “kalimat”, yaitu rangkaian kata yang mempunyai arti dan disusun menurut aturan tertentu. Pernyatan terbagi atas :
·      Pernyataan Tunggal
Pernyataan tunggal adalah pernyataan sederhana yang berdiri sendiri atau tidak mempunyai kata penghubung. Contoh :
1). Saya memasak nasi
2). Makassar adalah ibukota propinsi Sulawesi Selatan
·      Pernyataan majemuk ( pernyataan komposisi)
            Suatu pernyataan tunggal dapat dinyatakan dalam lambang , misalnya p , q , r dan sebagainya. Dua pernyataan tunggal atau lebih dapat gabungkan menjadi satu pernyataan majemuk atau pernyataan komposisi dengan menggunakan kata hubung Logika tertentu.
a)      Konjungsi
Dua pernyataan tunggal p dan q dapat di komposisi dengan menggunakan kata hubung “dan” untuk membentuk  pernyataan majemuk yang di sebut Konjungsi dari p dan q. Konjungsi dari p dan q dilambangkan dengan “p Ù q “ (dibaca p dan q). Nilai kebenaran suatu konjungsi  di tentukan oleh pernyataan pernyataan penyusunnya. Jika pernyataan p bernilai benar dan pernyataan q bernilai benar  maka  p Ù q  benar , jika tidak demikian maka p Ù q bernilai salah.
Ketentuan tersebut dapat dinyatakan dalam tabel kebenaran sebagai berikut:
P
Q
p Ù q
B
B
B
B
S
S
S
B
S
S
S
S

b)     Disjungsi
Dua pernyataan tunggal p dan q dapat dikomposisikan dengan menggunakan kata hubung “atau” untuk membentuk  pernyataan majemuk yang di sebut Disjungsi dari p dan q. Disjungsi dari p dan q dilambangkan dengan     “p Ú q “ (dibaca p atau q) Nilai kebenaran suatu disjungsi  di tentukan oleh pernyataan pernyataan penyusunnya. Jika pernyataan p bernilai benar atau  pernyataan q bernilai benar  atau kedua-duanya bernilai benar  maka p Ú q benar , jika tidak demikian maka p Ú q bernilai salah. Dengan kata lain disjungsi dua pernyataan bernilai salah hanya jika kedua pernyataan penyusunnya bernilai salah. Ketentuan tersebut dapat dinyatakan dalam tabel kebenaran sebagai berikut:

P
Q
p Ú q
B
B
B
B
S
B
S
B
B
S
S
S

c.       Implikasi atau pernyataan bersyarat
Dua pernyataan tunggal p dan q dapat di komposisi dengan menggunakan kata hubung “Jika …. Maka …. ” untuk membentuk  pernyataan majemuk yang di sebut Implikasi atau pernyataan bersyarat. Implikasi :” Jika  p maka  q “ dilambangkan dengan “p Þ q “ (dibaca Jika  p maka  q). Implikasi   p Þ q  dapat juga dibaca sebagai  :
(i)                 p hanya jika q
(ii)               q jika p
(iii)             p syarat cukup bagi q
(iv)             q syarat perlu bagi p

Dalam implikasi p Þ q , pernyataan p disebut  alasan atau sebab (antecedent) , dan pernyataan q sering disebut  kesimpulan atau akibat (Consequent) Nilai kebenaran suatu Implikasi   di tentukan oleh pernyataan pernyataan penyususnnya. Jika pernyataan p bernilai benar dan pernyataan q bernilai salah   maka p Þ q  bernilai salah  , jika tidak demikian maka p Þ q bernilai benar.
Ketentuan tersebut dapat dinyatakan dalam tabel kebenaran sebagai berikut:

p
q
p Þ q
B
B
B
B
S
S
S
B
B
S
S
B

d. Biimplikasi 
Kini kita sampai pada pemakaian kata hubung  terakhir yang erat kaitannya dengan implikasi  Dari dua pernyataan p dan q yang diketahui dapat dibuat  pernyataan majemuk  dalam bentuk “ p jika dan hanya jika q” yang disebut dengan Biimplikasi atau ekuivalensi (Implikasi dwi arah ) Ekuivalensi “P jika dan hanya jika q” dinyatakan dengan lambang  “ p Û  q “
       Ekuivalensi p Û  q  dapat juga dibaca  :
(i)                 jika p maka q dan jika q maka p
(ii)               p syarat perlu dan cukup bagi q
(iii)             q syarat perlu dan cukup bagi p
Ekuivalensi p Û  q  menegaskan bahwa :
Jika p benar maka q benar dan jika p salah maka q salah
Ketentuan  tentang nilai kebenaran suatu Biimplikasi , disajikan dalam tabel berikut :
p
q
p Û  q
B
B
B
B
S
S
S
B
S
S
S
B
3.    Pernyataan Berkuantor
Menurut Khairunnisa (2015:36), kuantor adalah kata-kata seperti beberapa, semua, dan sebagainya yang menunjukkan banyaknya elemen yang dibutuhkan agar predikat menjadi benar. Menurut (Dirgantara, 2016:61), pernyataan berkuantor adalah suatu kalimat pernyataan yang mengandung makna ”semua”atau ”beberapa/sebagian/ada”. Ada dua macam kuantor untuk menyatakan jumlah objek yang terlibat :
1)      Kuantor Universal
Kuantor universal mempunyai lambang " dan dibaca ”untuk setiap ” atau ”untuk semua”, misalkan p(x) adalah suatu kalimat terbuka, pernyataan"x.p(x) dibaca ”untuk setiap x berlaku p (x)” atau ” untuk semua x berlaku p(x)”
Kuantor universal menunjukkan bahwa setiap objek dalam semestanya memiliki sifat kalimat yang menyatakannya.
* ("x) p(x) bernilai benar bila dan hanya bila p(x) benar untuk semua x dalam semesta D.
* ("x) p(x) bernilai salah apabila ada x Î D yang menyebabkan p(x) salah. Harga x yang menyebabkan p(x) salah disebut Contoh Penyangkal (Counter Example).
Contoh:
1.      Semua manusia akan mati (bernilai benar)
2.      " x, 2x +3 >1, x  B (bernilai karena ada anggota bilangan bulat yang tidak memenuhi pertidaksamaan, 2x +3 >1
3.      Semua bilangan genap habis dibagi 2
2)      Kuantor Eksistensial
Kuantor eksistensial mempunyai lambang $ dan dibaca ”beberapa”, ”terdapat”, atau ”ada”. Jika dimisalkan p(x) adalah suatu kalimat terbuka. Maka $x,p(x) dibaca ” Untuk beberapa x berlaku p(x)” atau ” ada x sedemikian sehingga berlaku p(x) ”
Kuantor eksistensial menunjukkan bahwa diantara objek-objek dalam semestanya, paling sedikit ada satu objek (atau lebih, asal tidak semua) yang memenuhi sifat kalimat yang menyatakannya.
Contoh pernyataan kuantor eksistensial :
1.   Ada bilangan prima yang genap
2.   Ada bilangan asli yang memenuhi persamaan x2-3x+2 =0
4.         Ingkaran Kalimat Berkuantor
Jika ada sebuah kalimat  ”Semua penumpang dalam bis yang bertabrakan selamat”. Sering kali orang berpikir bahwa ingkaran/negasi kalimat tersebut adalah ”Semua penumpang dalam bis yang bertabarakan tidak selamat” atau ”Tidak ada penumpang yang selamat dalam bis yang bertabrakan itu”. Padahal kenyataannya, kalimat” Semua penumpang dalam bis yang bertabrakan selamat” dianggap salah (diingkar) apabila ada penumpang yang meninggal (tidak perlu semuanya meninggal). Jadi, sebenarnya ingkaran kalimat mula-mula adalah ”Ada/beberapa penumpang dalam bis yang bertabrakan itu meninggal.”
Sebaliknya, kalimat ”Ada penumpang yang selamat dalam kecelakaan bis itu” dikatakan salah (diingkari) jika ”Semua penumpang meninggal dalam kecelakaan bis itu.”  Menurut Siang, (2009:82) secara umum ingkaran kalimat ”Semua x bersifat p(x)” adalah ”Ada x yang tidak bersifat p(x)”, dan ingkaran kalimat ”Ada x yang bersifat q(x)” adalah ”Semua x tidak bersifat q(x) ”. Secara formal, ingkaran kalimat berkuantor adalah:
¬ (("x Î D) p(x))  ($ x Î D) ¬ p(x)
¬ (($ x Î D) q(x))  ("x Î D) ¬ q(x)
Contoh :
Tentukanlah ingkaran atau negasi dari pernyataan berkuantor berikut ini dan tentukan pula nilai kebenarannya!
1.      Semua manusia akan mati
2.      $x, (x+1> x)
Penyelesaian:
1.      p: semua manusia akan mati
: ada manusia tidak akan mati
3.      p : $x, (x+1> x)
: "x, (x+1 x)
5.      Pemecahan Masalah Matematika
Masalah dalam matematika dapat berupa soal-soal yang belum diketahui prosedur pemecahannya oleh siswa. Pemecahan masalah merupakan upaya memperoleh solusi masalah dengan menerapkan pengetahuan matematika dan melibatkan keterampilan siswa berpikir dan bernalar. Pemecahan masalah matematika dapat berfungsi sebagai konteks (problem solving as context), sebagai keterampilan (problem solving as skill), dan sebagai seni dari matematika (problem solving as art) (Stanick dan Kilpatrick dalam Imran, 2015: 10).
Setiap masalah ini tentu saja memerlukan cara penyelesaian yang berbeda-beda. Salah satu diantaranya adalah melalui pemecahan masalah matematika (Mathematical Problem Solving). Berbagai macam soal dalam matematika mempunyai kekhasan dan memerlukan strategi yang khas pula untuk menyelesaikannya. Strategi semacam ini secara utuh akan dapat dipahami dan dikuasai apabila seseorang terbiasa melatih diri dengan berbagai macam tipe dan tingkat kesulitan soal-soal matematika.
Seorang tokoh pemecahan masalah terkemuka bernama George Polya telah banyak dikenal pada bidang Matematika. Hasil karya Polya yang paling monumental adalah identifikasi langkah umum yang harus dilakukan oleh setiap orang untuk memecahkan masalah (Herry,dalam Imran, 2015: 11). Langkah-langkah umum tersebut adalah :
a)        Memahami masalah (understand the problem)
 Kegiatan pemecahan masalah pada tahap ini, siswa diharapkan untuk menetapkan apa yang diketahui pada permasalahan dan apa yang ditanyakan. Beberapa pertanyaan perlu dimunculkan kepada siswa untuk membantunya dalam memahami masalah ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain :
a)        Apakah yang diketahui dari soal ?
b)        Apakah yang ditanyakan soal ?
c)        Apa sajakah informasi yang diperlukan ?
d)        Bagaimana akan menyelesaikan soal ?
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di atas, diharapkan siswa dapat lebih mudah mengidentifikasi unsur yang diketahui dan yang ditanyakan soal.
b)        Mengembangkan suatu rencana pemecahan masalah (devise a plan)
Pendekatan pemecahan masalah tidak akan berhasil tanpa perencanaan yang baik. Dalam perencanaan pemecahan masalah, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk menyelesaikan masalah. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah adalah apakah strategi tersebut berkatan dengan permasalahan yang dipecahkan.
c)        Menerapkan rencana (implement the plan)
Jika siswa telah memahami permasalahan dengan baik dan sudah menentukan strategi pemecahannya, langkah selanjutnya adalah melaksanakan penyelesaian soal sesuai dengan yang telah direncanakan. Kemampuan siswa memahami substansi materi dan keterampilan siswa melakukan perhitungan-perhitungan matematika akan sangat membantu siswa untuk melaksanakan tahap ini.
d)        Mengkaji ulang jawaban dan prosesnya (look back)
            Langkah mengkaji ulang jawaban yang diperoleh merupakan langkah terakhir dari pendekatan pemecahan masalah matematika. Langkah ini penting dilakukan untuk mengecek apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang ditanya.
            Ada empat langkah penting yang dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan langkah ini, yaitu :
1)        Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan
2)        Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh
3)        Mengidentifikasi adakah cara lain untuk mendapatkan solusinya
4)        Mengidentifikasi adakah jawaban atau hasil yang memenuhi.
D.     Pemecahan Masalah
            Beberapa pemecahan masalah penarikan kesimpulan dari premis-premis berkuantor adalah sebagai berikut:
1.    Masalah 1
Diketahui premis-premis sebagai berikut:
P1 :  Jika semua karyawan hotel bekerja dengan baik maka pengunjung hotel merasa senang
P2 :   Semua karyawan hotel bekerja dengan baik
Tentukan kesimpulan berdasarkan premis-premis yang diberikan di atas!
Pemecahan Masalah :
Langkah-langkah pemecahan masalah (berdasarkan metode pemecahan masalah oleh Polya) adalah sebagai berikut:
a.       Memahami masalah
Diketahui :
P1 :  Jika semua karyawan hotel bekerja dengan baik maka pengunjung hotel merasa senang
P2 :   Semua karyawan hotel bekerja dengan baik
Yang menjadi masalah adalah apa kesimpulan yang dapat ditarik dari premis-premis yang diberikan di atas !
b.      Merencanakan penyelesaian
-       Menelaah premis
·         P1 :  Jika semua karyawan hotel bekerja dengan baik maka pengunjung hotel merasa senang
    Untuk premis 1, premis ini berbentuk pernyataan majemuk implikasi.
    Misalkan p = semua karyawan hotel bekerja dengan baik
                   q = pengunjung hotel merasa senang
    Maka premis 1 di atas dapat berbentuk : p          q
·         P2 :   Semua karyawan hotel bekerja dengan baik  (p)
  Untuk Premis 2,  premis ini berbentuk pernyataan berkuantor dengan kuantor universal. Premis merupakan bagian dari premis 1 yaitu pernyataan yang membenarkan antesenden pada premis 1. 
-     Menggunakan aturan penarikan kesimpulan
Dengan memperhatikan bentuk premis yaitu
P 1 : p          q
P2 : p

Berarti aturan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan premis diatas adalah modus ponens.
K : q
c.       Menyelesaikan masalah
Pada langkah sebelumnya, telah diketahui bahwa bentuk aturan penarikan kesimpulan yang sesuai adalah modus ponens sehingga:
P1: Jika semua karyawan hotel bekerja dengan baik maka pengunjung hotel merasa senang (p          q)
P2 : Semua karyawan hotel bekerja dengan baik  (p)
K  : Pengunjung hotel merasa senang (q)
d.      Memeriksa Kembali
         Kesimpulan pada langkah ke-3 sudah sesuai dengan apa yang ditanyakan pada masalah ini dan juga sesuai dengan aturan penarikan kesimpulan yang direncanakan pada langkah ke dua. Jadi kesimpulannya, Pengunjung hotel merasa senang


2.       Masalah 2
Diketahui premis-premis sebagai berikut:
P1 :  Jika sebagian karyawan hotel malas maka pengunjung hotel merasa tidak senang
P2 :   Pengunjung hotel  merasa senang
Tentukan kesimpulan berdasarkan premis-premis yang diberikan di atas!
Pemecahan Masalah :
Langkah-langkah pemecahan masalah (berdasarkan metode pemecahan masalah oleh Polya) adalah sebagai berikut:
a.       Memahami masalah
Diketahui :
P1 :  Jika sebagian karyawan hotel malas maka pengunjung hotel merasa tidak senang
P2 :    Pengunjung hotel  merasa senang
Yang menjadi masalah adalah apa kesimpulan yang dapat ditarik dari premis-premis yang diberikan di atas !
b.      Merencanakan penyelesaian
-       Menelaah premis
·         P1 :  Jika sebagian karyawan hotel malas maka pengunjung hotel merasa tidak senang
    Untuk Premis 1, premis ini berbentuk pernyataan majemuk implikasi.
    Misalkan p = sebagian karyawan hotel malas
                   q = pengunjung hotel merasa tidak senang
    Maka premis 1 di atas dapat berbentuk : p          q
·   P2 :   Pengunjung hotel  merasa senang ( )
  Untuk Premis 2,  premis ini berbentuk pernyataan berkuantor dengan kuantor universal. Premis merupakan bagian dari premis 1 berupa pernyataan yang mengingkari antesenden pada premis 1. 
-     Menggunakan aturan penarikan kesimpulan
Dengan memperhatikan bentuk premis yaitu
P 1 : p          q
P2 :
Berarti aturan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan premis diatas adalah  modus Tollens
Oleh karena pada modus Tollens, premis minornya mengingkari bagian konsekuennya maka untuk menarik kesimpulan pada modus Tollens dengan premis-premis berkuantor adalah dengan mengingkari bagian antesenden pada premis mayornya. Disini, kita perlu teliti untuk menarik kesimpulan jika bagian antesenden pada premis mayor mengandung kuantor.  Pada masalah ini, kita harus menggunakan aturan ingkaran pernyataan berkuantor. Sehingga kesimpulan yang dapat ditarik adalah :
         K  :  
c.       Menyelesaikan masalah
Pada langkah sebelumnya, telah diketahui bahwa bentuk aturan penarikan kesimpulan yang sesuai adalah modus tollens sehingga:
Kemudian kita diminta untuk menarik kesimpulan dari premis diatas, dengan memeriksa premisnya terlebih dahulu,  maka akan diperoleh bahwa masalah diatas merupakan argumen berbentuk modus tollens, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:
P1 :  Jika sebagian karyawan hotel malas maka pengunjung hotel merasa tidak senang (p  q)
P2 :   Pengunjung hotel  merasa senang ( )
                      K   :   Semua karyawan hotel tidak malas )
d.      Memeriksa Kembali
Kesimpulan pada langkah ke-3 sudah sesuai dengan apa yang ditanyakan pada masalah ini dan juga sesuai dengan aturan penarikan kesimpulan yang direncanakan pada langkah ke dua. Jadi , kesimpulannya adalah Semua karyawan hotel tidak malas
3.    Masalah 3
Diketahui premis-premis sebagai berikut:
P1 :  Jika semua karyawan hotel bekerja dengan baik maka pengunjung hotel merasa senang
P2 : Jika pengunjung hotel merasa senang maka pendapatan pimpinan      hotel  meningkat
Tentukan kesimpulan berdasarkan premis-premis yang diberikan di atas!
Pemecahan Masalah :
Langkah-langkah pemecahan masalah (berdasarkan metode pemecahan masalah oleh Polya) adalah sebagai berikut:
a.       Memahami masalah
Diketahui :
      P1 :  Jika semua karyawan hotel bekerja dengan baik maka pengunjung hotel merasa senang
P2 : Jika pengunjung hotel merasa senang maka pendapatan pimpinan      hotel  meningkat
Yang menjadi masalah adalah apa kesimpulan yang dapat ditarik dari premis-premis yang diberikan di atas !
b.      Merencanakan penyelesaian
-       Menelaah premis
·         P1 :  Jika semua karyawan hotel bekerja dengan baik maka pengunjung hotel merasa senang
    Untuk Premis 1, premis ini berbentuk pernyataan majemuk implikasi.
    Misalkan p = semua karyawan hotel bekerja dengan baik
                   q = pengunjung hotel merasa senang
    Maka premis 1 di atas dapat berbentuk : p          q
               
·        Untuk Premis 2,  berbentuk implikasi dimana bagian antesendennya merupakan pernyataan yang menjadi konsekuen pada premis 1. 
P2 :  Jika pengunjung hotel merasa senang maka pendapatan   pimpinan      hotel  meningkat
         Misalkan    p = semua karyawan hotel bekerja dengan baik
                            q = pengunjung hotel merasa senang
  Maka premis 2 di atas dapat berbentuk : q         r
-     Menggunakan aturan penarikan kesimpulan
Dengan memperhatikan bentuk premis yaitu
P 1 : p          q
P2 :            r
Berarti aturan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan premis diatas adalah  modus silogisme, sehingga
         K  :  p          r
c.       Menyelesaikan masalah
Pada langkah sebelumnya, telah diketahui bahwa bentuk aturan penarikan kesimpulan yang sesuai adalah modus silogisme sehingga:
      P1 : Jika semua karyawan hotel bekerja dengan baik maka pengunjung hotel merasa senang (p         r)
P2 : Jika pengunjung hotel merasa senang maka pendapatan pimpinan      hotel  meningkat (q        r)
K :  Jika semua karyawan hotel bekerja dengan baik maka pendapatan pimpinan hotel meningkat ( p        r)                          
d.         Memeriksa Kembali
Kesimpulan pada langkah ke-3 sudah sesuai dengan apa yang ditanyakan pada masalah ini dan juga sesuai dengan aturan penarikan kesimpulan yang direncanakan pada langkah ke dua. Jadi kesimpulannya, Jika semua karyawan hotel bekerja dengan baik maka pendapatan pimpinan hotel meningkat
4.    Masalah 4
Diketahui premis-premis sebagai berikut:
          P1 :  Semua yang halal dimakan menyehatkan
      P2 : Sebagian makanan tidak menyehatkan
Tentukan kesimpulan dari premis-premis di atas !
     Pemecahan Masalah :
Langkah-langkah pemecahan masalah (berdasarkan metode pemecahan masalah oleh Polya) adalah sebagai berikut:
a.    Memahami masalah
Diketahui :
      P1 :  Semua yang halal dimakan menyehatkan
      P2 :  Sebagian makanan tidak menyehatkan
       Yang menjadi masalah adalah apa kesimpulan yang dapat ditarik dari premis-premis yang diberikan di atas !
b.      Merencanakan penyelesaian
-       Menelaah premis
·         P1 :  Semua yang halal dimakan menyehatkan
    Untuk Premis 1, premis ini berbentuk pernyataan /proposisi kategorik
        Maka premis 1 di atas dapat berbentuk : P  M              
·            P2 : Sebagian makanan tidak menyehatkan
Untuk Premis 2,  berbentuk pernyataan / proposisi kategorik dan    berbentuk : S M
-     Menggunakan aturan penarikan kesimpulan
Dengan memperhatikan bentuk premis yaitu
P 1 : PM         
P2 :  S M
Berarti aturan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan premis diatas adalah silogisme kategorik bentuk Bis-Pre , sehingga
         K  :  S P
        Untuk menarik kesimpulan dari premis-premis berkuantor dengan menggunakan Silogisme Kategorik  harus mengikuti hukum-hukum Silogisme Kategorik. Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
c.       Menyelesaikan masalah
Pada langkah sebelumnya, telah diketahui bahwa bentuk aturan penarikan kesimpulan yang sesuai adalah silogisme kategorik bentuk Bis-Pre sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
      P1 :  Semua yang halal dimakan menyehatkan (PM)
      P2 :  Sebagian makanan tidak menyehatkan (SM)
      K : Sebagian makanan tidak halal dimakan (S P)                  
d.      Memeriksa Kembali
Kesimpulan pada langkah ke-3 sudah sesuai dengan apa yang ditanyakan pada masalah ini dan juga sesuai dengan aturan penarikan kesimpulan yang direncanakan pada langkah ke dua

5. Masalah 5
Diketahui premis-premis sebagai berikut:
          P1 :  Semua korupsi tidak disenangi
      P2 : Sebagian pejabat korupsi
Tentukan kesimpulan dari premis-premis di atas !
Pemecahan Masalah :
Langkah-langkah pemecahan masalah (berdasarkan metode pemecahan masalah oleh Polya) adalah sebagai berikut:
a.    Memahami masalah
Diketahui :
      P1 :  Semua korupsi tidak disenangi
      P2 :  Sebagian pejabat korupsi
       Yang menjadi masalah adalah apa kesimpulan yang dapat ditarik dari premis-premis yang diberikan di atas !
b.   Merencanakan penyelesaian
-       Menelaah premis
·         P1 :  Semua korupsi tidak disenangi
    Untuk Premis 1, premis ini berbentuk pernyataan /proposisi kategorik
     Maka premis 1 di atas dapat berbentuk : M P              
·            P2 :Sebagian pejabat korupsi
   Untuk Premis 2,  berbentuk pernyataan / proposisi kategorik dan    berbentuk : S M
-     Menggunakan aturan penarikan kesimpulan
Dengan memperhatikan bentuk premis yaitu
P 1 : M P        
P2 :  S M
Berarti aturan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan premis diatas adalah silogisme kategorik bentuk sub-pre, sehingga
         K  :  S P
        Untuk menarik kesimpulan dari premis-premis berkuantor dengan menggunakan Silogisme Kategorik  harus mengikuti hukum-hukum Silogisme Kategorik. Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga. Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
c.       Menyelesaikan masalah
Pada langkah sebelumnya, telah diketahui bahwa bentuk aturan penarikan kesimpulan yang sesuai adalah silogisme kategorik bentuk Sub-Pre sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
      P1 :  Semua korupsi tidak disenangi  (MP)
      P2 :  Sebagian pejabat korupsi (S M)
      K : Sebagian pejabat tidak disenangi (S P)   
d.      Memeriksa Kembali
Kesimpulan pada langkah ke-3 sudah sesuai dengan apa yang ditanyakan pada masalah ini dan juga sesuai dengan aturan penarikan kesimpulan yang direncanakan pada langkah ke dua. Jadi kesimpulannya :  sebagian pejabat tidak disenangi
6.         Masalah 6
Diberikan premis – premis sebagai berikut :
P1 : Jika penguasaan matematika rendah, maka sulit untuk menguasai IPA
     P2: IPA tidak sulit dikuasai atau sebagian perusahaan tidak berkembang
Tentukanlah kesimpulan dari premis-premis di atas !
Pemecahan Masalah :
Langkah-langkah pemecahan masalah (berdasarkan metode pemecahan masalah oleh Polya) adalah sebagai berikut:
1.    Memahami masalah
     Diketahui :
      P1 : Jika penguasaan matematika rendah, maka sulit untuk menguasai IPA
     P2: IPA tidak sulit dikuasai atau sebagian perusahaan tidak berkembang
Yang menjadi masalah adalah apa kesimpulan yang dapat ditarik dari premis-premis yang diberikan di atas !
2.    Merencanakan penyelesaian
-          Menelaah premis
-          P1 :  Jika penguasaan matematika rendah, maka sulit untuk menguasai IPA
              Untuk Premis 1,  premis ini berbentuk pernyataan majemuk implikasi.
    Misalkan p = penguasaan matematika rendah
                   q = sulit untuk menguasai IPA
    Maka premis 1 di atas dapat berbentuk : p          q               
-          Untuk Premis 2,  berbentuk disjungsi
P2 :  IPA tidak sulit dikuasai atau sebagian perusahaan tidak berkembang
         Misalkan    p = penguasaan matematika rendah
                            q = sebagian perusahaan tidak berkembang
  Maka premis 2 di atas dapat berbentuk : ~q    r
-    Menggunakan aturan penarikan kesimpulan
Dengan menyetarakan pernyataan premis kedua dengan menggunakan aturan penukaran atau pernyataan ekuivalen (q  r) ≡ (~ q Ú r) diperoleh 
P 2 : Jika IPA sulit dikuasai maka sebagian perusahaan tidak berkembang
            Setelah menyetarakan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
P1 : Jika penguasaan matematika rendah, maka sulit untuk menguasai IPA (p  q)
P2: Jika IPA sulit dikuasai maka sebagian perusahaan tidak berkembang
(q  r)
           Dengan melihat bentuk premisnya, maka aturan penarikan kesimpulan yang sesuai adalah silogisme hipotetik.
3.    Menyelesaikan masalah
Pada langkah sebelumnya, telah diketahui bahwa bentuk aturan penarikan kesimpulan yang sesuai adalah modus silogisme hipotetik sehingga:
P1 : Jika penguasaan matematika rendah, maka sulit untuk menguasai IPA (p  q)
P2: Jika IPA sulit dikuasai maka sebagian perusahaan tidak berkembang
(q  r)      
K : Jika penguasaan matematika rendah maka sebagian perusahaan tidak berkembang (p  r)
4.     Memeriksa kembali
Kesimpulan pada langkah ke-3 sudah sesuai dengan apa yang ditanyakan pada masalah ini dan juga sesuai dengan aturan penarikan kesimpulan yang direncanakan pada langkah ke dua. Berarti kesimpulannya adalah jika penguasaan matematika rendah, maka sebagian perusahaan tidak berkembang.
E.   Kesimpulan Dan Saran
1.      Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka dan pemecahan masalah yang telah dibahas di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a.       Untuk menarik kesimpulan dari premis-premis berkuantor dapat menggunakan beberapa aturan penarikan kesimpulan yaitu Modus Ponens, Modus Tollens, Silogisme Hipotetik, Silogisme Disjungtif, Silogisme Kategorik,  dan Addisi.
b.      Penarikan kesimpulan dari premis-premis berkuantor dimana argumennya tidak mengikuti atau tidak menyerupai aturan penarikan kesimpulan apapun, dapat diselesaikan dengan cara menggunakan aturan penukaran atau pernyataan yang ekuivalen dengan argumen pada aturan penarikan kesimpulan yang ada.
c.       Untuk memecahkan masalah dalam penarikan kesimpulan dari premis-premis berkuantor dapat menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah (berdasarkan metode pemecahan masalah oleh Polya) adalah sebagai berikut:
1.      Memahami masalah
2.      Merencanakan penyelesaian
3.      Menyelesaikan masalah
4.      Memeriksa Kembali
2.      Saran
            Sebelum menarik kesimpulan dari beberapa pernyataan atau premis, sebaiknya menelaah terlebih dahulu setiap premis-premis yang diberikan terutama jika mengandung premis berkuantor,  kemudian menarik kesimpulan dengan menggunakan kaidah-kaidah/aturan penarikan kesimpulan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA


Dirgantara, Harya Bima. 2016. Matematika Untuk Ilmu Komputer. Yogyakarta: Matematika
Imran, Muh. 2015. Analisis Keterampilan Metakognisi Dalam Pemecahan  Masalah Matematika Siswa Kelas XI IPA1 SMAN 3 Parepare  Berdasarkan Gender (Skripsi). Pare-Pare: Universitas Muhammadiyah     Pare-Pare.
Khairunnisa, Afidah.  2015. Matematika Dasar.  Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mangelep, Navel. 2011. Logika Matematika (Modul). Online.
Munir, Rinaldi. 2014. Matematika Diskrit. Bandung : Informatika.
Novianingsih. 2016. Argumen dan Penarikan Kesimpulan (Makalah Online). http://file.upi.edu/Direktori/FMIPA/JUR_PEND_MATEMATIKA/KHUSNUL_NOVANINGSIH/ARGUMEN. Diakses tanggal 04 Oktober 2016
Ranjabar, Jacobus. 2015. Dasar-Dasar Logika (Sebuah Langkah Awal untuk Masuk ke Berbagai Disiplin Ilmu dan Pengetahuan). Bandung: Alfabeta.
Rochmad. 2008. Penggunaan Pola Pikir Induktif-Deduktif dalam Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme (Makalah Online). http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-deduktif.html. diakses 9 Oktober 2016.
Siang, Jong Jek.  2009. Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer. Yogyakarta : Andi Offset
Suherman, Erman.dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:JICA-Universitas Pendidikan Indonesia
Sukino. 2007. Matematika Untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga
Surajiyo, dkk. 2015. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara
.